Sabtu, 26 Agustus 2017

Masjid Tiban Malang



Assalamualaikum wr.wb
Hai guys..Selamat datang di blog saya yang kedua.O iya di blog pertama kita belum sempat perkenalan kan? Kalo begitu saya akan memperkenalkan diri sebelum melangkah jauh di dunia blogging. Perkenalkan nama saya Caressa Indasari. Saya lahir di Kediri, 26 Maret 2001. Sebenarnya saya membuat blog ini karena saya mendapat tugas mata pelajaran TIK untuk membuat blog hehehe...

Nah, blog kedua saya kali ini saya akan menceritakan tentang Masjid Tiban Malang. Bagi anda yang tinggal di wilayah Jawa Timur, pastinya tidak asing dengan nama Masjid Tiban kan? Masjid ini biasa disebut dengan Masjid Turen atau Masjid Jin.

Lokasi Masjid Tiban ini berada di Jalan Wahid Hasyim, Gang Anggur, Desa Sananrejo, Kecamatan Turen, Kabupaten Malang.

Saya mengunjungi Masjid Tiban ini pada hari Minggu. Meski bukan long weekend, jumlah pengunjungnya sangat banyak.Memang sudah terlihat dari banyaknya bus pariwisata dan mobil pribadi.

Untuk tiket masuk dan parkir didalam masjid ini tidak dikenakan biaya sama sekali.Sedangkan apabila parkir di area luar masjid atau halaman penduduk maka akan dikenakan parkir sekitar Rp. 5.000,-.


Saat memasuki bangunan di lantai dasar, sepintas mirip istana raja-raja di Persia. Pengunjung akan disambut pemandangan bak di dalam laut, karena ada akuarium besar- besar berisi ikan mirip wahana dunia bawah laut.

Saya memasuki area lantai 1 dan 6 yang dipenuhi dengan pahatan batu aquarium, kolam renang mini dan kaligrafi, sedangkan lantai 7 -8 adalah pusat perbelanjaan, lalu 9 - 10 kita dapat melihat pemandangan Malang dari balkon di Masjid Tiban ini. Rupanya bangunan yang berlantai 10 ini lebih tepatnya disebut dengan pondok pesantren, sedangkan masjidnya ada didekat parkiran.


Mari kita membahas cerita mistiknya. Apakah benar masjid ini dibangun oleh jin? Cerita ini berhembus dikarenakan lokasi masjid Tiban yang berada di kampung penduduk dengan jalan yang sempit, lalu banyak masyarakat yang bertanya "Mungkinkah jalan sempit tersebut bisa dilewati dengan truk-truk berpasir, berbatu atau truk mixer yang berukuran besar?" dan tiba-tiba masjid ini sudah berdiri megah.


Kenyataannya Masjid Tiban ini dibangun oleh pengasuh pondok pesantren KH Ahmad Bahru Mafdlaludin sejak tahun 1978. Pembangunannya pun dilakukan tahap demi tahap hingga saat ini. Hingga saya datang kemarin, masih banyak sisi bangunan masjid yang masih belum jadi dan tidak bercat, bahkan saya melihat beberapa tukang bangunan asyik mengecat kubah. Sedangkan arsitektur dari bangunan Masjid ini adalah hasil dari istikharah pengasuh pondok pesantren. Pengelola Masjid Tiban pun menepis berita bahwa Masjid Tiban bukan dibangun oleh jin tapi dibangun oleh para jamaah, santri dan masyarakat sekitar.

Namun pesona Masjid Tiban sudah melekat menjadi Masjid yang dibangun sehari semalam oleh jin, hal tersebutlah yang kemudian menarik wisatawan berbondong-bondong menuju Masjid Tiban.



Masjid Tiban ini bukanlah tempat wisata, jadi selayaknyalah jika menuju ke sana memakailah baju sopan tertutup, berjilbab dan berbicaralah yang sopan.

Btw, udahan dulu ya blog ku kali ini. Semoga bermanfaat.Tunggu post selanjutnya yaa...
Wassalamualaikum wr.wb

Minggu, 20 Agustus 2017

Air Terjun Coban Rondo



Minggu, 13 Agustus 2017  para anggota jurnalis SMAN 6 KEDIRI melakukan rekreasi tahunan di tempat wisata Air Terjun Coban Rondo.
Air terjun Coban Rondo berlokasi di Desa Pandesari, Kecamatan Pujon,Kabupaten Malang, Propinsi Jawa Timur.
Coban Rondo  memiliki ketinggian sekitar 84 m dan berada di ketinggian 1.135 meter dari permukaan laut.  Airnya berasal dari sumber di Cemoro Dudo, lereng Gunung Kawi dengan debit 150 liter per detik pada musim hujan dan 90 liter per detik di musim kemarau.

Air terjun ini berada dalam wilayah KPH Perum Perhutani Malang Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan Pujon dan Resort Polisi Hutan Pujon Selatan Petak 89G.

Sebelum menjadi Coban Rondo, sebetulnya di atasnya ada air terjun kembar yang disebut Coban Manten. Mengalir ke bawah, air terjun itu menyatu menjadi Coban Dudo. Uniknya, Coban Dudo tersebut mengalir ke bawah menjadi Coban Rondo.

Sumber air dari tiga air terjun tersebut berada di Kepundan, satu dataran yang tanpa pohon satu pun berada di atas Coban Manten. Mereka yang ingin melihatnya, selain harus berhati-hati juga perlu ekstratenaga. Sebab, selain jalan licin, juga cukup jauh antara 3-4 km.



Legenda

Air Terjun Coban Rondo menyimpan legenda unik,bermula dari sepasang pengantin yang baru saja melangsungkan pernikahan. Mempelai wanita bernama Dewi Anjarwati dari Gunung Kawi, sedangkan mempelai pria bernama Raden Baron Kusumo dari Gunung Anjasmoro. Setelah usia pernikahan mereka menginjak usia 36 hari atau disebut dengan Selapan (bahasa jawa). Dewi Anjarwati mengajak suaminya berkunjung ke Gunung Anjasmoro, yang merupakan asal dari suami. Namun orang tua Anjarwati melarang kedua mempelai pergi karena usia pernikahan mereka baru berusia 36 hari atau disebut selapan. Namun kedua mempelai tersebut bersikeras pergi dengan resiko apapun yang terjadi di perjalanan.

Ketika di tengah perjalanan keduanya dikejutkan dengan hadirnya Joko Lelono, yang tidak jelas asal-usulnya. Nampaknya Joko Lelono terpikat dengan kecantikan Dewi Anjarwati, dan berusaha merebutnya. Akibatnya perkelahian antara Joko Lelono dengan Raden Baron Kusumo tidak terhindarkan. Kepada para pembantunya atau disebut juga puno kawan yang menyertai kedua mempelai tersebut, Raden Baron Kusumo berpesan agar Dewi Anjarwati disembunyikan di suatu tempat yang terdapat di Coban atau air terjun. Perkelahian antara Raden Baron Kusumo dengan Joko Lelono berlangsung seru dan mereka berdua gugur. Akibatnya Dewi Anjarwati menjadi seorang janda yang dalam bahasa jawa disebut Rondo.  Sejak saat itulah Coban atau air terjun tempat bersembunyi Dewi Anjarwati dikenal dengan Coban Rondo.  Konon di bawah air terjun terdapat gua tempat tinggal tempat persembunyian Dewi Anjarwati dan batu besar di bawah air terjun merupakan tempat duduk sang putri yang merenungi nasibnya.


Air Terjun Coban Rondo berjarak 12 km dari Kota Batu atau ± 24 km dari Kota Malang dengan waktu tempuh sekitar 1 jam.  Akses ke air terjun Coban Rondo ini sangat mudah dengan jalan yang sudah beraspal baik.  Jika dari jalan raya arah Batu - Pujon, Malang, setelah melalui tanjakan yang landai dan jalan berkelok-kelok dan terkadang tajam, maka akan sampai di puncak perbukitan.  Sebuah papan nama dengan ukuran besar akan memberikan petunjuk untuk belok ke arah kiri keluar dari jalan raya guna menemukan obyek wanawisata Coban Rondo.

Dari patung sapi perjalanan dilanjutkan sekitar empat kilometer untuk sampai ke air terjun Coban Rondo. Pada dua kilometer sebelum masuk kawasan akan ditemui papan bertulisan "Welcome to Wana Wisata Coban Rondo" Kemudian jalanan terus menurun dan suasana hutan semakin terasa. Di tempat yang melandai, gubuk-gubuk pedagang dan berbagai jenis kendaraan berjajar. Di situlah terminal akhir pengunjung berkendaraan. Selanjutnya dengan sedikit melintasi tanjakan tak kurang dari dua menit sampailah ke lokasi air terjun.

Setelah tiba di tempat parkir perjalanan dilanjutklan dengan berjalan kaki sekitar 200 m menuju lokasi air terjun berada.
Tiket dan Parkir

Tiket masuk ke air terjun ini sebesar Rp 3000.  Sedangkan biaya parkir kendaraan roda empat sebesar Rp 3.000 atau kendaraan roda dua sebesar Rp 1000.